“KAMI YANG TERSISA DI PAPUA”

No comments

Di post oleh:yakobus tagi.

 Kita Berdua adalah Anak kecil, Manusia Melanesia

Manusia Bumi Cendrawasih Papua.

Kita Berdua, walau hanyalah Berumur belia

Tapi ingin berbagi cerita tentang perjalanan kehidupan manusia Melanesia.

Kita Berdua tahu bahwa kita tidak akan mencapai umur seperti dalam rahim ibu

Namun sebagai manusia Melanesia tidak ada yang dapat membantu kita berdua
Dari datangnya Ancaman,Tekanan, Derita, Penindasan,
Terror, Penyiksaan, Pemerkosaan, dan Pembunuhan
Yang diperbuat oleh TNI/POLRI diatas Tanah kami Tanah Papua Melanesia

Jikalau Kita berdua tahu bahwa kita berdua akan meninggal segera

Bila memang manusia Melanesia tidak menghantarkan kita berdua
Karena, hingga ke titik puncak perjuangan kebebasan di Bumi Cendrawasi ini

Tapi bagaimana?

Apakah mereka akan datang pada malam hari
Ketika kita berdua berbaring diatas tempat tidur
Dan menghancurkan Kekayaan Alam kami dan rumah kami?

Apakah manusia Melanesia membiarkan kita berdua

Dengan kehidupan Penderitaan seperti ini?

Mereka akan berkata bahwa umur panjang kalian hanya omong kosong

Atau akankah manusia Melanesia mengerti akan penderitaan ini

Misalnya akan membawa kami berdua dari tekanan dan penindasan dan lainnya

Ke titik puncak perjuangan menuju kebebasan dan kedamaian

Kita berdua tahu pada suatu saat nanti

kita tak akan dapat kembali bersama-sama
Kami akan berpisah dengan mereka
Untuk selama-lamanya dan bebas dari tekanan

Dan penindasan diatas Alam kami Bumi Cendrawasih Papua Melanesia

Ini sesuai dengan Kehendak dan Rencana Tuhan.

Ayah kita berdua,Ibu kita berdua dan manusia Melanesia

Kebanyakan sudah ditindas, dibunuh habis-habis oleh TNI/POLRI
Sambil mereka merampas-rampas hasil Kekayaan Alam kami
Di Bumi Cendrawasih yang Tuhan berikan
Untuk kami mengolah sendiri.

Namun, Kita berdua hanya menjumpai cerita yang lain

Jenazah yang berlumuran darah

Manusia Papua melanesia tak akan dapat hidup kembali dari kematian

Dan melawan TNI/POLTI bersama-sama kita dua dan hanya kamilah yang tersisah di Bumi Cendrawasih ini.

Kalau kakak-kakak manusia Melanesia tidak Membawa kita berdua

Ke titik puncak perjuangan kebebasan tubuh mungil kita berdua
Akan beristirahat di makam kecil kita berdua untuk selama-lamanya
Setiap hari, kita berdua duduk menatap arah matahari
Dan bertanya kepada matahari
Dengan hati yang penuh dengan derita,sedih dan sakit

Kapankah kebenaran itu bersinar?

Semuanya ini berakhir sambil menunggu Ayah,Ibu
Dan saudara-saudari manusia Melanesia
Yang sudah tiada di Bumi Cendrawasih ini

Untuk pulang kembali ke Bumi Cendrawasih

Tetapi saat kita berdua menatap matahari itu,
Dia juga selalu mengatakan kepada kita berdua
Dengan suara yang nyaring lembut

Bahwa Ayah,Ibu dan saudara-saudari Manusia Melanesia

Yang sudah terlebih dahulu meninggalkan Bumi Cendrawasih ini
Bahwa mereka tidak akan kembali

Tetapi mereka menuju ke tempat yang indah

Itu disana mereka akan menjadi Malaikat-malaikat
Karena mereka meninggalkan Bumi Cendrawasih itu diatas Kebenaran
Mereka selalu mengatakan kepada kita berdua pula
Agar tak takut akan Gelombang waktu menuju pembebasan

Dalam Perjuang Kebebasan yang penuh Damai

Karena kami berdua adalah Manusia Melanesia selamanya
(Penulis adalah Mahasiswa Papua asal Meepago)

No comments

4/featured/recent