Dipost oleh yakobus tahi
Amerika serikat
Protes warga kulit hitam atas tindakan rasialis yang dilakukan oleh warga kulit putih di Amerika Serikat sudah memasuki hari kedua, dan semakin meluas. Aksi bakar-bakaran pun tak terhindarkan lagi.
Aksi rasialisme ini dipicu oleh kematian seorang warga kulit hitam (pemain bola basket) yang dibunuh oleh sekelompok polisi kulit putih dengan cara menekankan lututnya pada leher korban pada hari Senin (24 Mei) lalu di kota Minneapolis. Aksi yang terekam kamera tersebut pun menyebar di media sosial. Hari Rabu (27 Mei), ribuan warga kulit hitam turun ke jalan memprotes pembunuhan tersebut. Protes masih berlangsung hingga hari ini dan semakin meluas ke kota-kota lain.
Berbicara mengenai rasialisme, Amerika Serikat memiliki sejarah rasialisme yang buruk dan kelabu. Bisa dibilang bahwa praktek rasialisme di negara super power tersebut mulai lahir sejak negara ini mulai didirikan. Tepatnya, dimulai sejak era kolonialisme sekitar abad ke-16 (1500-an).
Secara historis, warga kulit putih dan kulit hitam yang kini tinggal di Amerika Serikat adalah bangsa pendatang. Penduduk asli Amerika Serikat adalah kaum Indian. Warga kulit putih berasal dari Eropa, sedangkan warga kulit hitam berasal dari Afrika.
Bangsa Eropa (kulit putih) datang ke benua Amerika dengan misi utama untuk menguasai wilayah tersebut. Guna melancarkan penguasaan, maka mereka mengangkut warga kulit hitam asal Afrika untuk dijadikan sebagai budak. Selanjutnya, penduduk pribumi atau Indian banyak yang dibunuh.
Salah satu semangat yang mendasari praktek kolonialisme adalah superioritas bangsa kulit putih atas kulit hitam dan berwarna lainnya. Dalam kasus Amerika Serikat, maka warga kulit hitam dan non kulit putih lainnya berada di bawah situasi inferioritas (di bawah).
Pada akhirnya, lama dan kejamnya praktek perbudakan membuat warga kulit hitam mulai bangkit melawan. Perlawanan terakhir dan cukup besar terjadi sekitar tahun 1960-an dengan tewasnya pemimpin kulit hitam oleh kulit putih, yakni Martin Luther King.
Meskipun Amerika Serikat telah menjamin adanya kesamaan derajat dan hak antara warga kulit putih dengan kulit hitam (termasuk berwarna), namun dalam kenyataannya, praktek diskriminasi dan rasialis masih terus terjadi di segala bidang. Angin segar sedikit terbuka, pada seorang warga kulit hitam, yakni Barack Obama terpilih sebagai presiden. Namun, praktek rasialisme kembali menguat semenjak Donald Trump menjabat sebagai presiden berikutnya, dimana Donald Trump secara sengaja membangun dan memelihara kelompok-kelompok warga kulit putih yang mengusung slogan "SUPREMASI KULIT PUTIH".
Kerusuhan yang sedang berlangsung saat ini, sebenarnya hanya sebagai pemicu saja. Praktek diskriminasi, rasialisme, pengangguran, kemiskinan dan stres karena virus corona bertemu pada satu titik: KETIDAKADILAN!
Bagaimana kelanjutan dari protes rasialisme di Amerika Serikat tersebut? Apakah bisa memicu terjadinya konflik horizontal? Apakah bisa menjadi api penyulut bagi perubahan sosial di negeri tersebut? Apakah...? Kita lihat saja bagaimana kelanjutannya?
No comments
Post a Comment